Dec 16, 2012

Empat Tahun Terakhir

Perempuan itu bertubuh kecil, berambut sebahu.
Senyum perempuan itu juga kecil, sekecil tubuhnya.
Menyapaku dengan suaranya yang kecil pula.

Ya, perempuan itu.
Seakan suaranya yang lembut menghantamkan godam besar pada lututku.
Aku lunglai secara metafor, berusaha nampak laki-laki di depannya.

Garis wajahnya yang masih muda terbenam suasana mendung langit sore itu.
Aroma hujan Desember bercampur dengan parfumnya yang unik, aroma penghangat bayi.
Logikaku sebagai laki-laki tergelitik, dia sedang kurang sehat.

Dari cara dia berbicara, ia tidak pantas disebut gadis.
Ia seorang perempuan seperti kataku.
Terperangkap dalam usia dan tubuh seorang gadis.

Perbincangan itu tidak lama, mungkin hanya lima menit.
Lima menit terbaik dalam empat tahun terakhir.
Lima menit tanpa tulang dan otot.

Candaku garing beradu dengan suara deru petir dan hujan.
Berusaha selucu dan selepas mungkin.
Layaknya candaku dengan siapapun di dunia ini, selain dia.

Ia berkisah tentang hal-hal di sekitarnya.
Tentang asal dan pengalaman ringannya.
Tentang mengapa ia ada di situ sore itu.

Sesekali aku membuang mata, berusaha tidak sopan di depannya.
Aku tidak sanggup melihat matanya.
Terlalu bertuah, terlalu bersihir.

Beberapa kenalan datang dan pergi.
Menghampiri untuk sebuah kata benama "Hai".
Sebuah kesempatan emas untukku mengambil napas.

Konsumsi kepanitiaan memanggilnya.
Antara lega dan disayangkan aku melepas perbincangan itu.
Keringat dingin keluar berbutir-butir dari dahiku, di cuaca sedingin itu.

Tas punggungnya seolah melambaikan tangan padaku.
Melekat lucu di punggung almamater perempuan itu.
Kemudian pemilik tas itu menghilang ditelan keramaian dan mendung.

mmnt t rmbr orge bldg 131212